Kampus Non Tunai

Sumber: Moula
Di era otomatisasi digital, negara industri di belahan dunia lain telah menerapkan transaksi non tunai. bahkan sekarang dilansir dari portal berita inggris the guardian, pada 2016  masyarakat di negari ratu elizabeth lebih dari 50% transaksi dilakukan tanpa tunai dan tahun 2017 mulai beralih dari tanpa tunai (Cashless) ke tanpa kontak (Contactless). Tak mau ketinggalan Bank Indonesia pada tahun 2014 telah mengeluarkan Peraturan tentang transaksi non tunai.

Mengantisipasi perkembangan inovasi dalam layanan keuangan, Bank indonesia telah mengkampanyekan gerakan nasional non tunai (GNNT). Bank sentral mengajak masyarakat untuk beralih dari transaksi uang tunai ke transaksi tanpa uang kertas dan logam dengan menggunakan berbagai pilihan dari kartu elektronik yang ditawarkan lembaga perbankan sampai dompet digital yang disediakan oleh Perusahaan telekomunikasi.

Mengapa Non Tunai

Terdapat beberapa karakteristik uang tunai yang melemahkan keberadaannya. Pertama biaya yang dikeluarkan.  Dilansir dari Detik Finance, biaya yang harus dikeluarkan Bank Indonesia untuk mencetak hingga mendistribusikan uang tunai sebesar Rp 3,5 Triliun. Kedua, Umur uang tunai cenderung pendek karena cepat lusuh dan rentan rusak jika tidak dirawat. Terakhir,  Uang tunai rentan dipalsukan, berdasarkan data Bank Indonesia pada bulan agustus 2017 ditemukan terdapat 5 lembar uang palsu di setiap Rp 1 juta.

Selain dari karakteristik uang tunai yang merugikan, kemajuan teknologi perbankan yakni inovasi dalam layanan keuangan atau sering disebut Financial Technology  (Fintech) di era digitalisasi berdampak pada segmen produk perbankan. Agar berjalan beriringan dengan teknologi, lembaga perbankan dan perusahaan telekomunikasi berupaya berinovasi salah satunya di segmen pembayaran dengan konsep tanpa tunai.

Saat ini lembaga perbankan menyediakan tiga alternatif non tunai. Mobile banking yang terintegrasi dengan aplikasi smartphone akan memudahkan masyarakat melakukan transaksi secara digital. Aplikasi smartphone untuk melakukan pembayaran non tunai kini juga telah tersedia dalam bentuk dompet elektronik. Alternatif terakhir berupa uang elektronik pada kartu yang disematkan chip. Tidak hanya lembaga perbankan, beberapa pemain besar telekomunikasi juga sudah memperluas diversifikasi bisnis ke layanan non tunai dalam bentuk Dompet Elektronik.

Menyediakan Sarana Non Tunai

Berdasarkan data KPMG Siddharta Advisory 2017, meskipun hanya 36% masyarakat indonesia mempunyai akun bank, sekitar 10% masyarakat yang mempunyai akun bank telah menerapkan pembayaran non tunai. Data tersebut menunjukkan masyarakat indonesia mulai menerima hadirnya konsep non tunai. Lantas bagaimana mahasiswa menanggapi meningkatnya pembayaran non tunai. Beralih ke negara tetangga, Dikutip dari berita harian the Star, pada awal tahun 2015 universitas di malaysia telah memperkenalkan konsep kampus non tunai dalam bentuk kartu pintar mahasiswa yang bisa digunakan sebagai 3C (cash, credit card and cheque).

Penerapan Pembayaran non tunai di Universitas Lambung Mangkurat pertama kali dikenalkan ketika peresmian cafe Mandiri ULM, ULM bekerjasama dengan Bank Mandiri untuk menerapkan dua alternatif pembayaran non tunai. Pertama, electronik cash yang dapat diakses di aplikasi berbasis android dan ios. Kedua, uang elektronik dalam bentuk kartu. Namun, siapa sangka perkembangan tren non tunai masih belum diketahui mahasiswa apalagi berpikir untuk menggunakanannya, hal demikian terjadi karena mahasiswa belum memahami literasi keuangan khususnya konsep ekonomi digital dan pengaruhnya pada pertumbuhan ekonomi.  Selain itu adanya rasa takut kejahatan pembayaran online juga membuat mahasiswa enggan menggunakan pembayaran non tunai.

Kartu Elektronik Mahasiswa

Peran pejabat struktural universitas dibutuhkan untuk menyadarkan mahasiswa beralih ke pembayaran non tunai. Peran petinggi kampus dalam mendukung gerakan non tunai tidak bisa hanya dengan sosialisasi tanpa menyediakan sarana nyata bertransaksi non tunai. Langkah pertama harus dimulai dengan menambahkan fungsi Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) yang sekarang hanya sebagai identitas semata, menjadi Kartu elektronik yang bisa digunakan mahasiswa untuk bertransaksi di lingkungan kampus. Kartu Elektronik Mahasiswa yang ditanamkan chip didalamnya berisi data mahasiswa dan identitas akun bank sehingga dapat digunakan untuk pembayaran non tunai dengan sistem tap and go.

Tidak semudah melempar koin, mengalih fungsi KTM menjadi kartu elektronik untuk bertransaksi harus didukung berbagai pihak. Dimulai Bank Indonesia dengan mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mendukung program GNNT. Pihak universitas selaku pengguna pembayaran non tunai. Selain itu juga peran Perbankan sebagai Acquirer yakni lembaga yang dapat memproses data alat pembayaran menggunakan kartu (APMK), dan mengalih dayakan atau outsource kebutuhan civitas akademika seperti cafetaria, fotokopi dan percetakan kepada mitra di lingkungan kampus yang dapat menyediakan pembayaran non tunai. Dapat kita bayangkan jika pembayaran non tunai diterapkan di universitas tertua di kalimantan ini. Semua kebutuhan mahasiswa seperti membeli buku akademik, konsumsi, mencetak dan memfotokopi bisa dipenuhi hanya dengan menempelkan Kartu Elektronik Mahasiswa ke scanner. Bahkan jika beberapa tahun ke depan perusahaan rintisan (startup) berbasis financial technology memasuki lingkungan kampus, bukan tidak mungkin aktivitas pembayaran mahasiswa seperti membayar uang kuliah dan kebutuhan kampus akan dilakukan menggunakan aplikasi smartphone berbasis QR code scan.

Komentar

Artikel Terpopuler

KBA Syamsudin Noor, Kompleks Rasa Desa

Aripin Sosok Pemberdaya Masyarakat